Term of
References
Simposium
Ilmu Hubungan Internasional
A. Latar
Belakang
Hubungan Internasional (HI)
merupakan sebuah disiplin ilmu yang lahir pada akhir Perang Dunia ke-2 untuk
mempelajari dan menjelaskan interaksi antarnegara dengan tujuan menjaga perdamaian.
Setelah perang berakhir dan perdamaian tercipta, isu-isu yang menjadi sorotan dalam
ilmu HI pun mulai bertambah dan tidak selalu mengenai perang atau interaksi
antarnegara. Isu-isu politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan matematika, mulai
menjadi sorotan utama dalam ilmu HI dan membuatnya menjadi ilmu yang bersifat
interdisiplin. Pendekatan tradisional ilmu HI dirasa belum mampu untuk
menjelaskan isu-isu baru tersebut, sehingga Ilmu HI dituntut untuk terus mengembangkan
dirinya. Hal inilah yang menyebabkan lahirnya pendekatan-pendekatan kontemporer
dalam disiplin ilmu HI, seperti Konstruktivisme dan Postpositivisme yang lebih
menekankan pada aktor nonnegara.
Di Indonesia, HI telah menjadi
salah satu jurusan favorit calon mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya jumlah mahasiswa yang mendaftar pada jurusan HI dan jumlah
universitas yang membuka jurusan HI.[1]
Sayangnya, peningkatan supply and demand
jurusan HI di Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan kurikulum yang dapat
membantu mahasiswa untuk memahami isu-isu HI yang semakin kompleks. Para dosen
jurusan HI di Indonesia masih menekankan pendekatan tradisional, seperti Realisme,
dalam mempelajari ilmu HI. Akibatnya, mahasiswa kurang mendapatkan pengetahuan
mengenai pendekatan-pendekatan kontemporer ilmu HI. Ditambah dengan kurangnya
minat dan dorongan untuk melakukan penelitian di kalangan mahasiswa Indonesia,
maka para mahasiswa pun menjadi semakin tertutup dari pendekatan HI
kontemporer.[2]
Kurangnya pengetahuan mengenai
pendekatan HI kontemporer mengakibatkan ilmu HI di Indonesia tidak berkembang
sebagaimana harusnya. Mayoritas seminar HI hanya membahas mengenai isu-isu
seputar Politik Luar Negeri. Mayoritas penelitian HI hanya digunakan untuk
menciptakan atau me-review strategi Politik
Luar Negeri. Ditambah lagi, terdapat dogmatisasi di kalangan masyarakat
Indonesia bahwa lulusan jurusan HI harus bekerja di Departemen Luar Negeri
sebagai diplomat. Perkembangan ilmu HI di Indonesia pun menjadi terbatas hanya
pada isu-isu yang menyangkut kepentingan negara. Hal ini tentunya bertolak
belakang dengan esensi dasar dari ilmu HI yang bersifat interdisipliner. Pada
akhirnya, ilmu HI di Indonesia hanya digunakan untuk kepentingan praktisi tanpa
ada usaha untuk memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu HI itu sendiri.[3]
Dengan melihat permasalahan yang
semakin memprihatinkan dalam perkembangan ilmu HI di Indonesia, HIMAHI
Paramadina bermaksud mengadakan Simposium
Ilmu Hubungan Internasional dengan tema, “Menjawab Tantangan Ilmu HI dalam
Sketsa Kontemporer.”[4] Tema
kontemporer dipilih karena memiliki semangat pembaruan. Melalui sketsa
kontemporer, maka simposium ini akan mengajak kita untuk melihat sejenak ke
belakang terkait momen-momen penting bagi perkembangan ilmu HI yang mengantarkannya
hingga mencapai bentuk termutakhirnya hari ini. HIMAHI Paramadina berharap
bahwa pelaksanaan simposium ini akan memberikan semangat baru dalam
pembelajaran ilmu HI sekaligus berkontribusi dalam usaha menciptakan civitas
akademika yang bersikap progresif terhadap perkembangan ilmu HI.
B.
Sasaran
a.
Sasaran
Peserta
Mahasiswa Jurusan HI
se-Indonesia
b.
Sasaran
Kegiatan
Penerbitan Proceeding Hasil Simposium Ilmu Hubungan
Internasional
C. Skema
Kegiatan
Tabel
1
Skema
Simposium Ilmu Hubungan Internasional
a. General
Lecture
General Lecture merupakan sesi
untuk memberikan mind-mapping bagi
peserta simposium terkait tema besar simposium, “Menjawab Tantangan Ilmu HI dalam Sketsa Kontemporer,” sekaligus menjelaskan
latar belakang pemilihan tema tersebut. Agenda ini akan diisi oleh satu orang pakar keilmuan yang memiliki
kapabilitas untuk membangun wacana dan membuka wawasan seluruh peserta mengenai
tema besar dari simposium.
Keynote Speaker: Prof. Bob Sugeng
Hadiwinata (Guru Besar Universitas Parahyangan)
b. Plenary
Session
Plenary Session adalah sesi
pembekalan pengetahuan kepada peserta simposium. Sesi ini akan diisi oleh tiga orang pembicara yang memiliki
kapabilitas untuk memberikan penjelasan secara mendalam terkait perkembangan
disiplin ilmu HI hingga mencapai bentuk termutakhirnya hari ini. Setiap
pembicara akan diminta untuk menyiapkan
sebuah paper yang menerangkan
posisinya terkait tema yang telah ditentukan dalam Plenary Session. Paper
tersebut akan didistribusikan kepada peserta Simposium Ilmu Hubungan
Internasional dan dipublikasikan dalam bentuk proceeding paper. Plenary Session dalam Simposium Ilmu Hubungan
Internasional akan berlangsung dalam dua sesi, yaitu:
Sesi I: Sejarah dan Perkembangan
Teori HI
Teori
merupakan alat analisa utama yang digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena
yang menjadi sorotan utama dalam ilmu HI. Sebagai akibat dari perkembangan
fenomena-fenomena HI, maka teori HI pun harus terus berkembang demi menjelaskan
fenomena-fenomena yang baru. Sesi I dari Plenary Session bertujuan untuk me-review kembali perkembangan teori-teori
HI dari awal terbentuknya disiplin ini hingga mencapai bentuk termutakhirnya
hari ini. Melalui sesi ini, diharapkan peserta simposium akan mendapatkan
pengetahuan mendalam mengenai alat analisa yang akan digunakannya dalam
menjelaskan fenomena-fenomena HI.
Pemateri:
§ Prof. Mohtar Masoed
(Guru Besar Universitas Gadjah Mada)[5]
§ Suzie Sudarman, MA
(Akademisi Universitas Indonesia)
§ Dodi Mantra, M.Si
(Akademisi Universitas Al-Azhar)
Sesi II: Sejarah dan Perkembangan
Interdisiplinaritas Ilmu HI
Interdisiplinaritas dalam ilmu HI
bukanlah sesuatu yang sederhana. Pada satu sisi, HI adalah subjek interdisipliner
yang dibuat dan dikembangkan dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu yang
ada. Namun pada sisi lainnya, HI ternyata tidak cukup interdisipliner dan hanya
sekedar menyerap berbagai ide-ide baru yang merevolusi ilmu sosial di tahun
1960-an dan 1980-an.[6]
Sesi II dari Plenary Session bertujuan untuk me-review kembali faktor-faktor yang menyebabkan HI menjadi sebuah
subjek yang bersifat interdisipliner. Melalui sesi ini, diharapkan peserta
simposium akan mendapatkan pengetahuan mendalam mengenai disiplin-disiplin yang
memberikan pengaruh paling besar bagi perkembangan ilmu HI hingga mencapai
bentuk termutakhirnya.
Pemateri:
§ DR. Eric Hiariej,
M.Phil (Akademisi Universitas Gadjah Mada)
§ Hizkia Yosias Simon
Polimpung (Peneliti PACIVIS)
§ Joko Susanto, M.Sc
(Akademisi Universitas Airlangga)
c. Focus
Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD)
adalah sesi untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat peserta dari
Plenary Session dalam menjelaskan isu-isu global yang menjadi sorotan utama dunia
hari ini. Pada kegiatan ini, peserta simposium akan dibagi ke dalam tiga ruangan terpisah yang masing-masing akan
mendiskusikan isu global yang berbeda. Setiap peserta diminta untuk menyiapkan sebuah paper yang
menerangkan posisinya dalam isu global tersebut. Di setiap ruangan akan
terdapat seorang moderator yang akan memancing diskusi di antara peserta
simposium dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Hasil
dari diskusi dalam setiap ruangan akan didokumentasikan dalam bentuk resume dan dipublikasikan dalam proceeding paper. Ketiga ruang tersebut
adalah:
Ruang A:
Krisis Ekonomi Global
Tahun 2008 lalu, dunia baru saja diguncang oleh
sebuah krisis ekonomi global. Krisis tersebut dikatakan sebagai krisis ekonomi
terparah setelah The Great Depression tahun
1930. Angka pengangguran meningkat drastis, pendapatan masyarakat menurun,
negara terancam bankrut, semua hal tersebut terjadi dalam setiap krisis global.
Anehnya, fenomena semacam ini terus menerus terjadi, bahkan dapat dikatakan
bahwa krisis ekonomi global telah membentuk semacam siklus. Apa yang menyebabkan siklus krisis ekonomi
global terjadi? Mengapa siklus ini tetap tidak dapat dihilangkan meski berbagai
reformasi terhadap sistem ekonomi global terus menerus dilakukan? Adalah
pertanyaan-pertanyaan utama yang akan menjadi topik diskusi di ruang ini.
Ruang B:
Transisi Kekuatan Global
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
China yang amat pesat di awal abad ke-21 ini mengakibatkan banyak munculnya
spekulasi akan transisi kekuatan global dari Amerika Serikat ke China, lebih
tepatnya lagi dari Barat ke Timur. Naiknya China menjadi kekuatan global
bukanlah hal baru. 2,000 tahun yang lalu, Kekaisaran China telah menjadi
kekuatan global paling utama di dunia. Dari situ, kekuatan Kekaisaran China
kemudian bergeser ke Imperium Suci Romawi, dan bergeser lagi ke Daulah
Islamiyah, baru kemudian bergeser lagi ke peradaban industri Eropa. Sepanjang
sejarah, transisi kekuatan global terus menerus terjadi, namun anehnya transisi
itu seolah hanya terjadi di antara kekuatan yang sama saja. Apa yang menyebabkan transisi kekuatan
global terjadi? Mengapa kekuatan global tidak pernah dapat terdistribusi secara
merata ke semua pihak, namun hanya berputar-putar di pihak yang sama? Adalah
pertanyaan-pertanyaan utama yang akan menjadi topik diskusi di ruang ini.
Ruang C:
Krisis Kedaulatan Negara
Konsep negara berdaulat adalah
konsep yang diterapkan semenjak perjanjian Westphalia tahun 1648. Sebuah negara
berdaulat secara konseptual memiliki hak untuk mengatur segala sesuatu yang
berada dalam wilayah teritorinya dan berhak untuk dihormati oleh negara
berdaulat lainnya. Namun kini, hukum yang dapat dibuat negara menjadi terbatas
pada ketetapan yang dibuat di dalam Universal Declaration of Human Rights.
Ketika sebuah negara diketahui menggunakan kedaulatannya untuk melanggar Hak
Asasi Manusia, hukuman keras akan dilayangkan kepada negara tersebut. Kebijakan
ekonomi negara menjadi terbatas pada apa yang ditetapkan dalam pertemuan WTO. Ketika
negara membuat kebijakan proteksi yang berlebihan terhadap perdagangan mereka,
hukuman keras akan dilayangkan pada mereka. Kedaulatan negara pun menjadi
semakin terkikis. Apa yang menyebabkan
krisis kedaulatan negara terjadi? Mengapa negara seakan tidak memiliki kekuatan
untuk melawan kekuatan-kekuatan lain yang berusaha mengurangi kedaulatannya?
Adalah pertanyaan-pertanyaan utama yang akan menjadi topik diskusi di ruang
ini.
d. Paripurna
Paripurna adalah sesi terakhir
dari Simposium Ilmu Hubungan Internasional. Pada sesi ini, para peserta akan
kembali dikumpulkan dalam satu ruangan untuk menemukan kesimpulan dari diskusi
yang telah dilakukan dalam ruangan terpisah. Kesimpulan yang dihasilkan dalam
Paripurna akan menjadi pernyataan resmi Simposium Ilmu Hubungan Internasional
yang akan dipublikasikan dalam bentuk proceeding
paper.
D.
Jadwal Kegiatan
Kamis, 7 November 2013
10:00
– 11:00 : General Lecture
11:00
– 13:00 : Plenary Session I
13:00
– 14:00 : Lunch Break
14:00
– 16:00 : Plenary Session II
Jumat, 8 November 2013
09:00
-11:00 : Focus Group Discussion
12:00
– 13:00: Lunch Break + Shalat Jumat
13:00
– 15:00: Paripurna
E. Persyaratan
Registrasi
1. Mengisi
formulir pendaftaran yang dapat diakses di paramadinairweek.blogspot.com
2. Membayar
uang registrasi Rp. 150.000[7]
3. Menyiapkan
paper 500-1500 kata terkait tema FGD
4. Men-submit
Paper[8]
F. Format
Penulisan Paper
·
Paper
ditulis secara individu
·
Paper
ditulis dalam Bahasa Indonesia
·
500-1500
kata
·
Paper
harus menjelaskan posisi penulisnya dalam tema FGD yang dipilih
G. Rekomendasi Tempat Menginap
Terlampir di blog (paramadinairweek.blogspot.com)
H. Info Lebih Lanjut
Untuk info lebih lanjut silahkan
menghubungi nomor di bawah:
-Gema (Koordinator
Acara) : 0811290677
-Iradat (Koordinator
LO) : 085695968807
-Galang (Ketua
Pelaksana) : 085717330256
Atau dapat melihat social media:
-Facebook : Paramadina IR Week
-Twitter : @ParamadinaIRW
-Blog : paramadinairweek.blogspot.com
I. Penutup
Simposium Ilmu HI “Menjawab Tantangan Ilmu HI dalam Sketsa
Kontemporer” dibuat dengan niat baik untuk berkontribusi bagi perkembangan
keilmuan HI di Indonesia. Kesuksesan simposium ini amat ditentukan oleh
kehadiran para peserta. Oleh sebab itu, kehadiran Anda akan membawa dampak
besar bagi Simposium Ilmu HI dan pengembangan keilmuan HI di Indonesia secara
umum.
[1] Pada tahun 1980-an hanya ada 12 Departemen Hubungan Internasional
di Indonesia, namun pada tahun 2007 jumlah tersebut meningkat menjadi 41
[2] Bob Sugeng
Hadiwinata, “International Relations in Indonesia: historical legacy, political
intrusion, and commercialization,” International
Relations of Asia-Pacific Volume 9, (2009),
hlm. 59-60.
[3] Ibid.
[4] Simposium Ilmu
Hubungan Internasional merupakan bagian dari rangkaian kegiatan International Relations Week 2013 yang
dilaksanakan dari tanggal 7-9 November 2013 di Universitas Paramadina.
[5] Masih dalam konfirmasi
[6]Lucian M. Ashworth, “Interdisciplinarity and International
Relations,” Academia.edu, http://www.academia.edu/400869/Interdisciplinarity_and_International_Relations,
diakses pada: 26 Juli 2013.
[7] Biaya pendaftaran ditransfer ke rekening: Bank
BNI 0242265451 atas nama Biru Nitis Anjanie (Bendahara)
0 comments:
Post a Comment